Quality Resources Coach Indonesia

Career Cushioning: Strategi Bertahan di Tengah Dunia Kerja yang Tidak Pasti

Pernah merasa bimbang antara bertahan di pekerjaan sekarang atau mulai mencari peluang baru? Fenomena ini mungkin bukan sekadar dilema biasa, tapi bagian dari tren baru di dunia kerja modern yang disebut career cushioning. Istilah ini semakin populer di kalangan pekerja muda, terutama setelah gelombang PHK besar-besaran di sektor teknologi dan ketidakstabilan ekonomi global pasca pandemi.

Apa Itu Career Cushioning?

Secara sederhana, career cushioning adalah langkah antisipatif untuk menyiapkan “bantalan karier” — yaitu cadangan atau alternatif pekerjaan yang bisa diandalkan ketika kondisi karier saat ini menjadi tidak stabil.
Ibaratnya, seseorang menyiapkan payung sebelum hujan. Mereka tetap bekerja di posisi sekarang, tetapi diam-diam juga memperluas jaringan, meningkatkan skill, atau mencari peluang lain untuk berjaga-jaga.

Tren ini muncul dari kesadaran bahwa dunia kerja kini sangat cepat berubah. Tidak ada jaminan posisi atau perusahaan akan terus aman. Dengan menyiapkan alternatif karier, seseorang bisa menghindari guncangan besar ketika situasi tak terduga datang — misalnya pemutusan hubungan kerja (PHK), perubahan manajemen, atau kondisi pasar yang memburuk.

Career Cushioning Bukan Tanda Tidak Loyal

Salah satu kesalahpahaman umum tentang career cushioning adalah anggapan bahwa seseorang yang melakukannya berarti tidak setia terhadap pekerjaan atau perusahaannya. Padahal, esensinya bukan soal loyalitas, tetapi tentang ketahanan karier (career resilience).

Bagi banyak pekerja muda, terutama generasi milenial dan Gen Z, menjaga rasa aman dalam karier sama pentingnya dengan kinerja dan loyalitas. Mereka sadar bahwa dunia kerja kini berada dalam era VUCAVolatility, Uncertainty, Complexity, and Ambiguity — di mana perubahan bisa datang kapan saja.
Karena itu, menyiapkan cadangan bukan berarti tidak berkomitmen, melainkan bentuk kesiapan menghadapi ketidakpastian.

Mengapa Career Cushioning Jadi Relevan Saat Ini?

Setelah pandemi COVID-19, banyak pekerja menyaksikan secara langsung bagaimana industri bisa berubah hanya dalam hitungan bulan. PHK massal di sektor teknologi, startup, dan media menjadi pengingat bahwa tidak ada yang benar-benar aman. Di sinilah career cushioning berperan — bukan untuk menakut-nakuti, tetapi untuk memberi rasa aman psikologis.

Dengan menyiapkan backup plan, seseorang bisa bekerja dengan lebih tenang, tidak diliputi kecemasan berlebihan, dan tetap fokus meningkatkan kemampuan.
Selain itu, career cushioning juga membantu membangun kepercayaan diri, karena individu merasa memiliki kendali terhadap arah kariernya.

Cara Melakukan Career Cushioning

Melakukan career cushioning tidak berarti kamu harus langsung mencari pekerjaan baru. Ada banyak cara halus dan strategis untuk melakukannya, seperti:

  • Mengembangkan soft skill dan hard skill baru yang relevan dengan tren industri.

  • Membangun jejaring profesional melalui LinkedIn atau komunitas kerja.

  • Memperbarui portofolio, CV, dan profil digital secara rutin.

  • Menjelajahi peluang kerja freelance atau proyek sampingan untuk memperluas pengalaman.

Dengan langkah-langkah ini, kamu tidak hanya menyiapkan cadangan, tetapi juga meningkatkan daya saing di pasar kerja.

Career cushioning bukan tanda ketidaksetiaan, melainkan bentuk adaptasi cerdas terhadap realitas dunia kerja modern. Di tengah ketidakpastian ekonomi dan perubahan teknologi yang cepat, memiliki rencana cadangan justru menunjukkan kedewasaan dan tanggung jawab terhadap masa depan karier.

Jadi, kalau kamu sedang memperluas koneksi, belajar skill baru, atau mulai membuka peluang di luar pekerjaan sekarang — bisa jadi kamu sedang melakukan career cushioning.
Dan itu bukan hal yang salah, karena dalam dunia kerja yang serba cepat, berjaga-jaga adalah bentuk bertahan yang paling bijak.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top