“Bad News” lay off sudah menjadi topik hangat, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Perusahaan teknologi dan startup menjadi sektor yang paling terkena dampaknya. Menteri Tenaga Kerja pun menyatakan bahwa gelombang lay off ini mungkin akan terus berlanjut. Bagi banyak orang, kabar seperti ini adalah mimpi buruk, bukan hanya bagi mereka yang menerima, tetapi juga bagi mereka yang harus menyampaikannya.
31 Agustus kemarin Quality Resources Coach mengadakan Webinar bertajuk “GOOD WAY in Delivering BAD NEWS”. Dengan narasumber Coach Nurleli Susetyo, Executive Leadership and Corporate Coach dan Ibu Dinda Evirtasari, Chief of Human Capital di Hi Bank Indonesia.
Lay off bukan satu-satunya kabar buruk yang bisa terjadi di tempat kerja. Ada berbagai situasi lain seperti performance review yang juga membutuhkan keahlian khusus dalam penyampaiannya. Coach Nurleli menekankan bahwa berita buruk sifatnya relatif; bagi satu pihak bisa menjadi kabar buruk, tetapi bagi pihak lain bisa menjadi hal positif. Perspektif seseorang dalam menghadapi kabar buruk akan mempengaruhi respons dan pandangan mereka terhadap masa depan.
Memahami Reaksi Emosional dalam Menghadapi Berita Buruk
Ibu Dinda Evirtasari berbagi pengalaman sebagai praktisi HR muda, khususnya dalam menghadapi reaksi emosional saat memecat MDP yang tidak lulus. Tantangan utama dalam menyampaikan berita buruk adalah menghadapi reaksi emosi dari orang lain, saat itu mereka bisa nangis, kecewa, marah, bahkan sampai putus asa. Empati dan kemampuan untuk memberikan ruang bagi orang lain untuk mengekspresikan perasaan mereka adalah kunci dalam menghadapi situasi ini.
Pentingnya Kemampuan Menyampaikan Berita Buruk
Karena reaksi yang ditunjukan sangat beragam, kemampuan ini bukan hanya dimiliki HR, tetapi penting bagi semua orang, terutama pemimpin. Pemimpin harus mampu menyampaikan informasi dengan jelas, baik dalam situasi baik maupun buruk. Seorang pemimpin yang baik harus bisa mengkomunikasikan berita buruk tanpa menurunkan semangat tim.
Trik dalam Menyampaikan “Bad News”
Coach Nurleli berbagi beberapa trik penting dalam menyampaikan berita buruk. Salah satunya adalah menyampaikan berita buruk tanpa merusak hubungan baik. Beliau membagikan pengalaman bagaimana memberi feedback kepada atasan untuk tanpa membuat atasannya tersinggung.
“Menyampaikan berita buruk memang membutuhkan pengalaman dan keteguhan hati, namun dengan cara yang tepat, dengan begitu dampak negatif bisa diminimalisir.”
Lalu, bagaimanakah cara yang tepat?
Persiapan dalam Menghadapi Berita Buruk
Persiapan tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk penerima berita. Memahami orang lain dan memprediksi reaksi mereka bisa membantu dalam menghadapi situasi sulit ini. Preparation dan emotional reaction adalah dua hal yang sangat penting.
Manajemen Emosi
Mengelola emosi dengan tidak hanya terjebak dalam emosi, tetapi juga menggunakan logika adalah hal yang penting. Dalam menghadapi berita buruk, penting untuk tetap rasional dan mempersiapkan diri dengan baik.
Koneksi dan Persiapan Risiko
Membangun koneksi dan hubungan yang baik bisa membantu dalam menyelesaikan masalah. Mendengarkan dengan empati dan menciptakan hubungan yang tulus dapat memudahkan dalam penyampaian berita buruk. Negosiasi dan komunikasi yang baik adalah kunci dalam mencapai solusi yang diinginkan.
Menyampaikan “Bad News” dengan Jujur
Menyampaikan berita buruk dengan jujur adalah hal yang sangat penting. Menyampaikan langsung dengan ketulusan, mengelola konflik kepentingan, dan menyesuaikan metode dengan audiens bisa membantu menjaga kepercayaan dan transparansi.
Tanggung Jawab dan Akuntabilitas
Mengambil tanggung jawab dalam menyampaikan berita buruk dan mendorong penerima berita untuk bertanggung jawab atas situasi yang dihadapi adalah langkah yang penting. Keadilan dalam pengambilan keputusan, terutama dalam performance review, harus dijaga. Perlu diperhatikan juga agar kita tidak hanya menyampaikan berita buruk, tetapi juga berusaha memberikan solusi dan langkah selanjutnya.
Mendukung dengan Emotional Support
Penting untuk menawarkan bantuan dan solusi setelah menyampaikan berita buruk. Follow-up setelah penyampaian berita dapat membuat dampak lebih ringan. Roleplay juga bisa menjadi cara yang baik untuk mempersiapkan diri dalam situasi sulit.
Menyampaikan “Bad News” tanpa Menurunkan Popularitas
Menyampaikan berita buruk dengan tetap disukai oleh lawan bicara adalah seni tersendiri. Hindari stigma bahwa menyampaikan berita buruk akan merugikan popularitas. Kejujuran, adil, dan menjaga kepercayaan adalah kunci dalam komunikasi yang efektif.
Budaya dan Tata Krama dalam Menyampaikan “Bad News”
“Beruntungnya kita tinggal di Asia” ucap Bu Dinda. Budaya Asia, khususnya Indonesia, memiliki cara tersendiri dalam menyampaikan berita buruk. Tata krama dan sikap bersyukur membantu dalam penyampaian, membuat situasi menjadi lebih dapat diterima.
Webinar ini menekankan pentingnya mempersiapkan diri dan memahami reaksi emosional dalam menyampaikan kabar buruk. Kejujuran, transparansi, dan keterampilan komunikasi yang baik sangat penting dalam menghadapi situasi sulit ini. Membangun hubungan yang baik dan memberikan dukungan emosional setelah menyampaikan kabar buruk dapat membantu meminimalkan dampak negatif.