Wells Fargo mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap puluhan karyawan yang diduga berpura-pura bekerja dengan merekayasa aktivitas di komputer mereka. Menurut pihak Wells Fargo, sebagian besar dari mereka adalah karyawan yang telah bekerja kurang dari lima tahun dan memulai karir mereka selama pandemi dengan skema kerja remote.
Apa Penyebab Utama Wells Fargo PHK Mereka?
Fenomena yang dialami Wells Fargo ini bukanlah hal yang baru. Menurut laporanState of the Global Workplace, sebanyak 62% karyawan di dunia tidak begitu terlibat dalam pekerjaannya. Mereka hanya bekerja dengan memenuhi KPI minimal, yang menyebabkan kerugian global sebesar 8,9 triliun dollar. Padahal, kerja remote seharusnya bisa menguntungkan perusahaan, mulai dari mengurangi biaya operasional hingga meningkatkan produktivitas. Jadi, apakah metode remote adalah metode yang buruk?
Mengatasi Tantangan Kerja Remote
Tantangan utama dari kerja remote adalah bagaimana menjaga keterlibatan karyawan. Ketika karyawan tidak sejalan dengan visi perusahaan, mereka cenderung tidak bekerja dengan baik. Di sinilah peran leaders menjadi sangat krusial. Seorang leader harus mampu menyatukan visi individu dan organisasi. Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan leaders untuk mencapai hal tersebut:
1. Menetapkan Visi dan Misi yang Jelas
Visi dan misi perusahaan harus dijelaskan dengan jelas kepada seluruh karyawan. Mereka perlu memahami apa tujuan jangka panjang perusahaan dan bagaimana kontribusi mereka bisa mendukung tercapainya tujuan tersebut. Leaders bisa mengadakan sesi onboarding yang komprehensif dan rutin mengkomunikasikan visi dan misi perusahaan dalam berbagai kesempatan.
2. Menghargai dan Memberikan Punishment Secara Adil
Penghargaan dan punishment harus diterapkan dengan adil dan transparan. Karyawan yang menunjukkan performa baik perlu diapresiasi, baik dengan pengakuan publik, bonus, atau kesempatan pengembangan karir. Sebaliknya, karyawan yang tidak memenuhi ekspektasi perlu diberikan feedback konstruktif dan kesempatan untuk memperbaiki diri. Dengan demikian, karyawan akan merasa dihargai dan termotivasi untuk memberikan yang terbaik.
3. Membangun Budaya Kerja yang Positif
Budaya kerja yang positif adalah kunci untuk meningkatkan keterlibatan karyawan. Leaders harus menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kolaborasi, keterbukaan, dan inovasi. Ini bisa dilakukan dengan mengadakan kegiatan team building, memberikan ruang bagi karyawan untuk berinovasi, dan mendengarkan masukan dari mereka.
4. Memberikan Target dan Motivasi
Menetapkan target yang jelas dan realistis bisa menjadi sumber motivasi bagi karyawan. Leaders harus mampu memberikan arahan yang jelas dan membantu karyawan dalam mencapai target tersebut. Selain itu, motivasi juga bisa diberikan melalui kata-kata yang membangun dan penghargaan atas pencapaian karyawan. Coaching untuk membantu mereka meraih target juga penting untuk dilakukan.
5. Menggunakan Teknologi untuk Mendukung Kinerja
Teknologi bisa menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan produktivitas dan keterlibatan karyawan. Tools kolaborasi seperti Slack, Microsoft Teams, atau Asana bisa membantu karyawan bekerja lebih efisien dan tetap terhubung dengan tim. Leaders harus memastikan bahwa teknologi yang digunakan memfasilitasi kebutuhan karyawan dan mendukung pekerjaan mereka.
Kerja remote bukanlah metode yang buruk, namun membutuhkan pendekatan yang tepat dari leaders untuk menjaga keterlibatan dan produktivitas karyawan. Dengan menyatukan visi individu dan organisasi, memberikan apresiasi dan punishment yang adil, membangun budaya kerja yang positif, menetapkan target yang jelas, dan memanfaatkan teknologi dengan baik, leaders bisa memastikan bahwa karyawan tetap termotivasi dan berkontribusi maksimal terhadap pencapaian tujuan perusahaan.
Dengan pendekatan yang tepat, kerja remote bisa menjadi win-win solution bagi karyawan dan perusahaan, menghasilkan kepuasan kerja yang tinggi dan produktivitas yang optimal.